Sedikit Catatan Perjalanan Liburan (1)
Perjalanan ini merupakan saat yang dinanti oleh saya pribadi karena liburan ini baru terlaksana ketika liburan akan habis. Tujuan liburan saya kali ini adalah Bandung. Karena ingin mempersingkat waktu tempuh perjalanan ke kota kembang itu, maka dipilihlah transportasi lewat udara.
Sejak memasuki terminal keberangkatan domestik bandara juanda, sudah terasa keramaian khas musim liburan. Namun, hal itu tidak sampai mengganggu ketertiban dan keamanan walaupun kenyamanan saya sebagai pengguna bandara sedikit terganggu.
Setelah check in, tujuan saya adalah gate 6 sebagai ruang tunggu sebelum menaiki pesawat yang dijadwalkan akan berangkat pukul 10.15. Namun, di sini sangatlah mengecewakan karena saya sebagai pengguna jasa penerbangan dicegah untuk memasuki gate 6 karena alasan yang tidak jelas. Padahal waktu menunjukkan 9.00 ketika itu. Dengan terpaksa, saya menunggu di luar gate 6. Setelah beberapa saat, saya mencoba memasuki ruang tunggu bandara dan kali ini saya beruntung.. Kesalnya, tidak ada pengumuman untuk penumpang airlines yang bersangkutan.
Menunggu memang sungguh sangat memuakkan. Kali ini keberangkatan pesawat ini mundur tanpa adanya pengumuman dari pihak maskapai yang bersangkutan. Suasana hiruk pikuk pun terasa dan membuat ruangan menjadi terasa sedikit gerah. Setelah 20 menit kemudian, penumpang tujuan Bandung dipersilakan untuk menaiki pesawat.
Panas matahari terasa ketika keluar dari gate 6 untuk berjalan menuju pesawat. Hawa dingin terasa ketika berjalan memasuki pintu kabin pesawat. Namun ketika saya memasuki kabin pesawat, disuguhi pemandangan yang sungguh sangat tidak layak untuk dilihat. Kursi nomor satu, sedang diperbaiki oleh para teknisi karena suatu hal!! Saya tidak perlu tahu apa dan mengapa. Namun dengan adanya pemandangan itu, mencerminkan perawatan yang sangat tidak berkelas dan berkualitas!
Duduk di kursi nomor 6 dekat dengan jendela, saya segera memasang sabuk pengaman. Namun sebelumnya, saya menaruh tas di dekat kaki saya. Ternyata, entah plastik dari ventilasi atau suatu hal yang lain, terlepas. Hal itu tidak saya laporkan kepada pramugari. Dan ketika saya mencoba melihat sekeliling, ternyata pesawat boeing 737 seri 200 ini terlihat aneh bagi saya pada bagian kabin sebelah kanan. Ada bagian yang tidak simetris antara kiri dan kanan. Saya berusaha tidak terlalu memikirkan hal itu...
Take off berjalan mulus, tanda mengenakan sabuk pengaman telah dimatikan, dan para pramugari mulai membagikan konsumsi kepada para penumpang. Setelah berjalan beberapa waktu, pramugari mulai membawa dan menawarkan barang-barang serta cindera mata kepada penumpang. Selama kurang lebih 1 jam penerbangan saya dihiasi dengan “pedagang asongan” dadakan. Sebenarnya tidak masalah ketika semuanya dilakukan dengan cara tanpa menjajakannya lalu lalang dalam kabin. Lebih bijaksana karena sudah ada daftar barang yang dijual dan terdapat tombol untuk memanggil pramugari di dekat lampu baca. Jelas lebih bijaksana dan lebih aman serta nyaman jika sistem tersebut diubah.
Setelah mendarat dengan selamat, saya masih belum bisa melupakan kejadian tersebut. Apakah karena persaingan tarif antarmaskapai penerbangan sehingga mengorbankan beberapa aturan sepele yang diabaikan. Saya sebagai orang awam tidak mengerti akan hal itu. Yang saya cari sebagai penumpang hanya kenyamanan, ketepatan, dan juga yang paling penting, keselamatan.
Jika pesawat saja regulasinya tidak tegas seperti itu, saya tidak heran jika Uni Eropa tidak membuka pintunya untuk maskapai penerbangan Indonesia untuk menerbangkan pesawatnya kesana.. Dan jika masih tetap seperti itu,, apa beda pesawat dengan metromini??? Cuma beda pramugarinya yang cantik-cantik dooong... Hahaha...
No comments:
Post a Comment